Aku Dan Temanku Bercinta Dengan Ibuku

Anakku Mengajak Temannya Menyetubuhiku

Aku Dan Temanku Bercinta Dengan Ibuku – Ma.. Pa.. Deni berangkat dulu” Kata Deni pamit mencium tangan ke dua orang tuanya. “Iya.. hati-hati yah sayang..” kata ibunya. “Maaf yah sayang, papa gak bisa antar” kata papanya karena papanya juga akan berangkat kerja tidak lama lagi. “Gak apa kok.. daaaah..” kata Deni dengan sedikit berlari meninggalkan rumahnya menuju sekolah.Namanya Deni, umur 15 tahun dan masih duduk di kelas 3 smp. Tampang Deni biasa-biasa saja bahkan dapat dikatakan culun dan cupu. Pengetahuannya akan seks juga sangat minim sampai akhirnya teman-temannya mulai memperkenalkannya vcd dan situs-situs porno hingga akhirnya dia mulai tertarik dan membuatnya kecanduan melihat sosok wanita telanjang. Keluarganya dapat dikatakan cukup mampu, rumah mereka cukup bagus meskipun tidak terlalu mewah. Papanya seorang pegawai swasta memiliki penghasilan lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya.Ibunya Deni, Via, berusia 34 tahun, telah melahirkan dua orang anak. Deni dan satu lagi si kecil Windy yang masih bayi dan masih menyusu. Usianya cukup muda meskipun telah memiliki dua orang anak, itu karena Via menikah dengan suaminya Panji, papanya Deni, saat masih berumur 19 tahun. Via sendiri memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang masih bagus. Keseharian Via dihabiskan untuk mengurus rumah dan keluarganya. Tapi siapa sangka, dia merupakan seorang wanita yang memiliki hasrat seksual yang cukup tinggi. Bahkan dia memiliki sifat eksibisionis yang dimilikinya sejak masih abg dulu.

Tentu saja sekarang dia tidak bisa bebas lagi melakukan hal tersebut karena sudah berumah tangga. Tapi sesekali kalau ada kesempatan, nalurinya beraksi kembali. Kadang dia sengaja mengenakan pakaian yang sekedarnya saat menerima tamu laki-laki saat suaminya tidak ada di rumah, membuat tamu itu menjadi mupeng melihat kulit Via yang putih mulus tersaji di depan mata mereka. Atau pernah juga dia menggoda teman-teman Deni yang masih abg labil itu dengan sengaja menyusui Windy di depan mereka, memperlihatkan buah dadanya yang sekal dengan urat-urat hijau yang tampak membayang.Kalau sedang dirumah memang Via hanya mengenakan pakaian yang seadanya saja, termasuk dihadapan anaknya Deni. Awalnya Deni tentu saja tidak mempunyai pikiran macam-macam ke ibu kandungnya sendiri. Tapi karena pergaulan dengan teman-teman yang salah, otaknya mulai diracuni hal-hal mesum. Terlebih Deni juga semakin dewasa dan naluri kelakiannya sudah mulai muncul. Sehingga kini bila melihat paha ibunya, ataupun buah dada ibunya saat menyusui adiknya, darahnya mulai berdesir dan kemaluannya juga merespon.Suatu hari Via kedapatan memergoki Deni yang sedang nonton bokep di laptopnya. Agak kesal juga sebenarnya Via melihat kelakuan anaknya. Diberi fasilitas laptop dan internet ternyata malah digunakan seperti itu. Tapi dia paham kalau anaknya juga lelaki normal yang juga punya rasa penasaran dengan tubuh lawan jenis. Karena itu dia tidak terlalu memarahi anaknya, hanya sekedar menasehati saja.“Mama gak marah kan?” tanya Deni lesu karena masih takut dimarahi, apalagi kalau sampai diaduin ke papanya.
“Hmm.. gak, tapi jangan keseringan yah.. gak baik” ujar Via.
“Jangan kasih tau papa juga yah ma?” pinta Deni lagi.
“Hihi.. kenapa emang? Takut yah.. iya deh mama bakal diam”
“Ya udah, lanjutin deh sana kalau mau lanjut.. mama mau ke mini market dulu..” sambungnya lagi.“Hihi.. sepertinya kamu udah besar yah sekarang?” Goda Via lagi mengedipkan salah satu matanya sambil beranjak dari kamar Deni. Tentu saja hal itu membuat Deni jadi salah tingkah karena malu.Sejak saat itu Deni merasa malu bila berjumpa mamanya, terlebih kalau dirinya kedapatan mencuri pandang ke arah mamanya. Via hanya tersenyum dan tertawa renyah saja mendapati kelakuan anak sulungnya ini. Pernah saat itu Deni pulang sekolah dan menemukan ibunya membukakan pintu hanya mengenakan handuk, tampak butiran air masih menempel di kulitnya yang masih lembab. Saat itu Via sedang mandi dan acara mandinya terganggu karena Deni pulang. Deni tentu saja terpana melihat sosok indah di depannya ini. Via yang sadar diperhatikan Deni memergoki anaknya yang melongo memandang kearahnya.“Ayo kamu liatin apaan? Masa sama mama sendiri nafsu sih? Hihi..” goda Via.
“Eh, ng-nggak kok ma..” jawab Deni tergagap karena mati kutu ketahuan melototi mamanya.
“Beneran gak nafsu?” entah kenapa Via malah tertarik menggoda anaknya sendiri.
“Ng-nggak mah.. maaf mah..”
“Hihi.. gak usah grogi gitu ah kamunya.. ya udah.. masuk sana, ganti baju” suruh Via.“Kalau kamu mau mandi, sekalian aja mandi sama mama.. mama juga belum selesai mandinya” entah darimana lagi ide gila Via itu berasal. Mengajak anaknya yang sedang mupeng itu mandi bersama. Deni yang mendengar aRakan mamanya makin salah tingkah saja, dia tidak tahu harus menjawab apa, walaupun dia sebenarnya mau.“Kenapa? Gak mau? Ya udah terserah kamu deh.. mama lanjutin mandi dulu. Hmm.. ntar kalau kamu berubah pikiran datang aja.. hihi” kata Via menuju kamar mandi meninggalkan Deni yang masih melongo disana. Tampak hidungnya Deni mengeluarkan darah karena mimisan.Setelah mengganti pakaiannya, Deni sempat ragu menerima aRakan mamanya tadi. Apa mamanya serius tentang hal itu? Pikirnya. Tapi dia yang memang penasaran akhirnya menuju kamar mandi yang mana mamanya masih berada di sana.“tok-tok” suara ketukan pintu kamar mandi oleh Deni. Tidak lama kemudian pintu kamar mandipun terbuka, kepala mamanya muncul dari balik pintu, menutupi tubuh telanjangnya.
“Hihi.. beneran datang yah kamu akhirnya.. padahal mama cuma bercanda aja” kata Via pura-pura.
“Oh.. bercanda aja yah ma.. ya udah deh..” kata Deni dengan wajah kecewa.“Eh eh, jangan ngambek gitu dong.. gak apa kok kalau kamu emang mau barengan.. sini masuk” ajak Via lagi. Deni dengan agak ragu akhirnya mau juga melangkah masuk. Dadanya berdebar bukan main ketika melangkah masuk ke kamar mandi. Dia mendapati mamanya telanjang bulat, dengan tubuh berlumuran busa sabun. Tampak busa sabun itu menggumpal menutupi daerah selangkangannya, memberi kesan seksi dan erotis. Kepala Deni terasa berat menyaksikan itu semua, hidungnya serasa mau berdarah lagi, sungguh membuatnya tidak tahan. Penis di dalam celananya berontak bukan main ingin bebas.“Ye.. cepetan buka bajunya.. katanya mau ikutan mandi.. buruan telanjang” suruh Via pura-pura tidak tahu kalau anaknya sedang mupeng berat ke dirinya. Deni yang tersadar dari lamunannya jadi salah tingkah lagi, dia bahkan seperti kesusahan membuka pakaiannya sendiri, membuat Via jadi tertawa geli melihatnya. Terakhir kali Deni mandi bareng dengan mamanya waktu dia kelas 4 sd sebelum Deni disunat, Deni masih ingat betul bagaimana lekuk tubuh telanjang mamanya waktu itu. Tapi dulu dia tidak punya nafsu sama sekali melihat tubuh mamanya, berbeda sekali dengan sekarang.Via tersenyum melihat penis anaknya yang sudah menegang maksimal walaupun ukurannya terbilang sedang. Sedangkan Deni merasa begitu malunya telanjang dengan penis tegang mengacung di depan mamanya yang juga telanjang bulat ini. Dia berusaha menutup-nutupi kemaluannya dengan tangannya.“Gak usah ditutup-tutupi segala sayang, kan mama sendiri.. lagian mama juga udah pernah lihat” goda Via. Memang Via sudah pernah melihatnya, tapi itu beberapa tahun yang lalu. Sekarang sungguh berbeda, usia Deni sudah jauh bertambah dan tanda-tanda kelakiannya sudah muncul. Deni dengan masih malu-malu akhirnya membuka juga tangannya.Mereka akhirnya mandi bersama, Via berusaha untuk tidak terlalu memperdulikan Deni yang mupeng berat agar Deni tidak tambah malu. Busa sabun yang tadi menutupi selangkangan Via kini sudah terbilas bersih dengan air, sehingga kini Deni bisa melihat vagina beserta bulu kemaluan milik mamanya lagi yang sudah lama tidak dilihatnya. Via juga membantu Deni menyabuni punggung Deni dan membasuh rambut Deni dengan busa sampo selayaknya ibu yang perhatian pada anaknya. Selama acara mandi tersebut penis Deni selalu ngaceng, tentu saja karena terangsang karena keadaan ini.

Akhirnya acara mandi itu selesai juga, mamanya keluar dari kamar mandi terlebih dahulu. Tapi sebelum keluar mamanya mengatakan sesuatu yang membuat Deni jadi terkejut dan malu.“Kamu pasti udah gak tahan kan? kamu keluarin deh.. tapi jangan lupa dibersihin.. hihi.. mama ke kamar dulu yah” bisik Via menggoda kemudian keluar dari kamar mandi. Sungguh malu Deni karena mamanya mengetahui bebannya itu. Setelah mamanya keluar dan menutup kamar mandi, Deni beronani menuntaskan nafsunya yang sudah sedari tadi diubun-ubun. Tentu saja yang menjadi objek onaninya kali ini adalah mamanya.Setelah saat itu, Via semakin berani saja menggoda anaknya Deni. Dia bahkan pernah hanya mengenakan kemeja dan celana dalam saja ketika hanya berduaan dengan anaknya di rumah. Saat Via menyusui bayinya, dia tidak berusaha menutup-nutupi padangan Deni ke arah buah dadanya, bahkan membuka kedua payudaranya sekaligus. Intensitas onani Deni semakin bertambah karenanya, tentu saja selalu mamanya yang menjadi objeknya. Pernah saat mandi bersama dengan Deni lagi, dia bahkan berada disana menyaksikan anaknya onani di depannya.“Gak apa nih ma? Deni malu nih..”“Iya gak apa, mama tahu kok kalau kamu sering bayangin mama. Kali ini mama kasih bonus deh.. mama bakal temanin kamu, gak perlu cuma ngayal lagi kamunya..” kata Via menggoda Deni. Darah Deni berdesir mendengarnya, walaupun malu dia sebenarnya senang bukan main mamanya mau menemaninya, bersedia membantunya onani dengan memandangi tubuh telanjang Via langsung.

Baca Juga Cerita Sex Indonesia : Kisah Memek Ngeseks Dengan Pelayan Panti Pijat

Deni akhirnya mulai beronani, dia mengocok penisnya sendiri. Sungguh berbeda sekali rasanya dengan hanya bisa membayangi, karena kini mamanya berada di depannya langsung. Bersedia tanpa paksaan menyerahkan tubuh telanjangnya menjadi objek onani anaknya.Via hanya tersenyum saja selama anaknya beronani tersebut, membuat Deni makin belingsatan. Tidak butuh waktu lama bagi Deni untuk keluar. Itu karena sensasi yang dia alami kali ini jauh lebih luar biasa dari pada hanya dapat membayangi mamanya saja. Mamanya tertawa renyah melihat anaknya ejakulasi begitu cepatnya. Tapi dia dapat memaklumi karena anaknya memang masih hijau dalam urusan begini.“Udah keluar yah sayang? Enak kan? enakan mana dari pada ngebayangin doang?” goda Via.
“Enakan ini mah..” jawab Deni malu.
“Hihi.. kalau kamu mau boleh kok kapan-kapan minta mama bantuin kamu lagi” kata Via tersenyum sambil mengedipkan mata kirinya ke Deni. Deni senang bukan main mendengar tawaran mamanya tersebut.“Eh.. tapi ngomong-ngomong tadi kamu keluarnya cepat amat”
“Gak tau nih ma.. keenakan sampai gak tahan Deni” jawab Deni malu.
“Hihihi.. iya.. mama maklum kok. Udah sana keringkan badan kamu. Mama masih mau lanjutin mandi, ini biar mama yang bersihin” kata Via menyiram genangan sperma Deni.Sebenarnya Via menyuruh Deni keluar karena dia juga merasa horni, dia ingin sedikit bersenang-senang dengan melakukan masturbasi dahulu sebelum menyelesaikan acara mandinya. Setelah Deni keluar dan pintu tertutup. Via berbaring di atas lantai kamar mandi berlapis marmer yang dingin, meskipun lantai itu terkesan kotor tapi dia tidak peduli lagi. Aksinya terhadap Deni tadi betul-betul sudah membakar birahinya, dia ingin segera menuntaskan nafsunya. Dia mainkan vaginanya sendiri menggunakan jarinya, mengusap-ngusap klirotisnya sendiri. Tapi entah kenapa dia malah memikirkan Deni, mungkin karena aksi nakalnya tadi yang cukup berani.“Ohh.. Deni.. kamu nakal sayang, onani di depan mama.. nggmmhh..” racau Via berbicara sendiri sambil mengusap-ngusap klirotisnya.“Kamu nakal Deni.. mesum ke mama kamu sendiri.. oughh.. kamu mau ngentotin mama kamu sendiri? Nih.. boleh.. masukin gih..” racaunya lagi. Dia masukkan jarinya sendiri ke dalam vaginanya setelah mengatakan hal itu. Dia aduk-aduk vaginanya sendiri menggunakan jarinya sambil terus meracau sendiri.“Iyaah.. terus sayang.. entotin mama sayang.. yang kencaaang.. ougghh” Dia terus memainkan jarinya di vaginanya sendiri selama beberapa saat serta memilin-milin putingnya hingga air susunya merembes keluar.“mama mau sampai sayang.. kita keluar barengan.. terus sayang.. iya.. teruuusss.. mama sampaaaaaiiiiiiii.. aaaaahhhhhhhh…” lenguh Via cukup kuat saat dia klimaks, dia tidak peduli kalau lenguhannya itu bisa terdengar oleh Deni. Via baru tersadar apa yang baru saja dia katakan saat masturbasi tadi, membayangi kalau dia bersetubuh dengan Deni anaknya. Dia sendiri bingung kenapa sampai membayangi hal tersebut, tapi dia tidak memungkiri sensasi nikmat berbeda yang baru saja dia alami. Apakah itu nikmatnya sensasi incest? Pikirnya.Setelah saat itu Deni beberapa kali mengajak Via mandi bersama, tentu saja selalu disertai dengan onani di depan mamanya. Dia yang awalnya malu-malu, sekarang tidak segan lagi untuk mengajak dan meminta bantuan mamanya. Tidak jarang juga Via melanjutkan masturbasi sendiri setelah itu, baik di kamar mandi maupun di kamar. Seiring waktu berlalu, Via mulai menggunakan tangannya membantu Deni onani. Mengocok penis anaknya dengan tangannya sendiri, sebuah kemajuan yang luar biasa dan cukup gila yang dilakukan oleh mereka. Via juga mempersilahkan anaknya untuk ngomong kotor padanya.“Gak apa mah? gak usah deh ma.. gak sopan rasanya” kata Deni berusaha menolak walaupun dia sebenarnya mau.
“Hihi… Gak apa kali sayang.. kan pasti lebih enak, gak perlu ditahan-tahan lagi kalau kamu mau ngomong yang jorok-jorok ke mama.. keluarin aja dari mulut kamu apa yang kamu pikirin” kata Via tersenyum manis sambil meneruskan mengurut penis anaknya.“Oughh.. enak mah.. terus..” racau Deni. Sepertinya Deni masih berusaha menahan mulutnya untuk tidak berkata-kata kotor. Via putuskan untuk memancing anaknya dahulu.“Sayang.. menurut kamu mama cantik nggak?”“Cantik mah.. cantik banget..”“Seksi nggak sayang?”“iya mah..”“Berarti kamu nafsu dong liat mama?”“Iya mah.. Deni nafsu liat mama.. mama cantik banget, seksi, menggoda..” Via tersenyum mendengar jawaban Deni, sepertinya caranya cukup berhasil.“Hihi, kamu nakal yah.. Apanya mama yang bikin kamu nafsu sayang?” goda Via lagi sambil tetap mengocok penis Deni.“Semuanya mah.. wajah mama, susu mama, paha mama, memek mama.. kontol Deni ngaceng terus kalau liat mama” kata Deni mulai berani ngomong jorok.“Hihi.. mesum kamunya.. udah pandai yah ngomong jorok ke mama.. terusin sayang.. ngomong aja..”“Deni pengen ngentotin mama.. oughh.. ngulum tetek mama yang penuh susu sampai puas”“terus sayang? apa lagi? puas-puasin aja ngomong joroknya ke mama”“Deni pengen genjotin memek mama pake kontol Deni terus terusan.. siramin peju Deni ke memek mama tempat Deni lahir dulu sampai mama hamil anak Deni” Via tertawa renyah mendengar ucapan anaknya ini, ternyata bisa-bisanya anaknya berfantasi seperti itu ke mamanya.“Ngghh.. mau keluar mah.. gak tahan lagi..” lenguh Deni.“Keluarin aja sayang.. gak usah ditahan”“Aaah…. Viaaaaa” teriak Deni menyebut nama mamanya. Via menutup kepala penis Deni dalam genggaman tangannya, sehingga akan membuat sperma Deni tertampung di tangannya.Beberapa detik kemudian muncratlah sperma Deni dengan banyaknya ke tangan Via. Melumuri tangan mamanya dengan spermanya sendiri. Deni merasa sangat puas sekali, semakin hari onani yang dia rasakan semakin nikmat saja.“Hihi.. banyak nih sperma kamu” kata Via menunjukkan tangannya yang berlumuran sperma anaknya.“Enak yah sayang? Puas kan?”“Eh, tapi kayaknya kamu masih cepat aja keluarnya.. sepertinya perlu mama kasih latihan nih” kata Via sambil membersihkan tangannya.
“Latihan gimana mah?” tanya Deni yang tidak paham maksud mamanya.“Latihan biar kamu bisa tahan lebih lama.. kan malu ntar kamu sama pacar kamu kalau kamu kecepetan keluarnya” jelas Via. Sebuah ide yang gila yang entah dari mana datangnya tapi dia coba menjelaskannya dengan alasan yang masuk akal.“Oo.. emang gimana caranya mah?”
“Hmm.. kamu biar mama bantuin onani, ntar kita hitung berapa waktunya sampai kamu keluar. Kita lihat perkembangan kamu tiap onani” kata Via menjelaskan layaknya seorang trainer, dan benar kalau dia mulai saat itu menjadi seorang trainer sex bagi anaknya Deni.Via mulai membantu melatih ketahanan Deni dengan tetap menggunakan tangannya, bagaimanapun dia tidak mau untuk melakukan hal lebih dari ini. Via sendiri tidak begitu yakin benar atau tidak cara ini ampuh bagi Deni. Tapi sedikit demi sedikit Deni mulai lebih lama jebol pertahanannya.Mereka melakukan itu siang atau sore hari saat papanya Deni sedang berkerja, rata-rata mereka melakukannya 1 sampai 2 hari sekali. Meski pernah juga dalam sehari Deni sampai 2 kali berlatih hal tersebut. Untuk memberi Deni semangat, mamanya kadang memberinya hadiah kalau Deni bisa mencapai waktu yang ditentukan Via. Bisa berupa ciuman, pelukan, dan uang jajan tapi Via tidak mau memberinya lebih dari itu seperti hadiah-hadiah erotis.Sampai saat ini mereka masih menjaga agar hal ini tidak ketahuan oleh papanya Deni. Pernah hari itu Deni yang tidak tahan minta dionanikan oleh mamanya, padahal papanya berada di rumah saat itu. Mereka melakukannya diam-diam di dalam kamar mandi saat papanya sedang menonton tv. Deni yang masuk duluan dengan dalih akan mandi, kemudian dengan diam-diam mamanya juga masuk tidak lama kemudian.“Gila kamu.. entar ketahuan papa bisa dihajar kamu”
“Maaf deh ma..”
“Hihi.. kayaknya makin hari kamu makin lancang aja yah.. tapi gak papa deh.. mama suka kalau kamu terus terang gini”Merekapun akhirnya melakukan hal itu lagi di sela-sela mandinya Deni, tapi Via masih tetap mengenakan pakaiannya. Tentu saja mereka tidak bisa bebas bicara mendesah seperti biasanya karena ada papanya di rumah.“Ayo sayang.. keluarin yang banyak” kata Via berbisik sepelan mungkin.“Ngghh.. mah..” lenguh Deni tertahan. Sperma Deni tumpah lagi di tangan mamanya. Tapi apa yang dilihatnya kemudian membuat darahnya berdesir, mamanya menjilati sedikit lelehan spermanya.“Ueekk.. asin yah ternyata peju kamu..” kata Via berbisik sambil tersenyum menggoda. Deni cuma merespon ucapan mamanya dengan tersenyum karena tidak tahu harus ngomong apa. Setelah itu mamanya keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tangannya, meninggalkan Deni yang masih meneruskan mandinya.Hari itu Deni melakukan hal itu lagi dengan Via. Tapi lagi-lagi dia tidak dapat bertahan lama hanya dengan kocokan tangan mamanya. Spermanya kembali tumpah hanya dalam tiga menit lebih sedikit.
“Udah keluar sayang?” tanya Via melihat ke arah mata anaknya yang sedang meringis kenikmatan sehabis ejakulasi. Dia sadar anaknya sedikit demi sedikit mulai menunjukkan perkembangan, yang dulunya hanya tidak mampu lebih dari satu menit kini sudah lebih baik.“Masih belum bisa lama nih ma..” kata Deni, terlihat wajah lesu di raut mukanya. Dia masih belum bisa untuk mencatatkan rekor waktu yang lebih lama lagi.“Udah lebih bagus kok.. setidaknya ada perkembangan, mama yakin kok kamu bisa lebih baik besok..” Kata Via sambil mengedipkan matanya. Dia ingin anaknya mendapatkan pengalaman seks yang cukup nantinya dan tidak ingin membuat anaknya mendapatkan malu dari pacarnya karena ejakulasi yang cepat.“Gimana kalau kamu ajak temanmu kemari, ikut latihan denganmu” sebuah usul yang terdengar gila meluncur dari mulut Via. Deni sendiri terkejut mendengar usul ibunya tersebut. Mengajak temannya kemari? Untuk ikutan merasakan kenikmatan dari tangan ibunya? sungguh gila ide mamanya.“Kok harus mengajak orang lain segala sih ma?” tanya Deni mencoba mengetahui apa yang sebenarnya mamanya pikirkan.“Gini sayang.. mama pikir kamu akan lebih semangat kalau kamu ada lawannya. Jadi ntar kamu lomba deh sama temanmu siapa yang paling lama, ntar yang menang dapat hadiah deh dari mama” jawab Via. Sebuah alasan yang Deni pikir ada benarnya juga omongannya, pasti dengan suasana seperti itu membuatnya lebih semangat dan tidak ingin cepat cepat keluar, pikir Deni.“Oke deh ma.” Kata Deni menyetujui. Deni sebenarnya sedikit ragu untuk mengajak temannya. Dia juga tidak tahu siapa yang akan dia ajak. Beberapa temannya memang ada yang menyukai mamanya Deni. Hal itu Deni ketahui saat mengajak temannya main ke rumah. Teman-temannya yang abg labil seperti halnya Deni tentu saja tidak bisa lepas melihat wanita cantik, termasuk Via, mamanya Deni. Mereka berkomentar betapa cantik dan seksi mamanya. Deni yang mendengar hal tersebut awalnya tidak suka, tapi setelah dia perhatikan ternyata omongan temannya ada benarnya juga.Walaupun Via sudah berumur 34 tahun dan sudah melahirkan 2 orang anak, bahkan yang paling kecil sedang tahap menyusui, tapi tubuh Via masih terawat dengan baik karena dia rajin olahraga untuk mengembalikan bentuk tubuhnya setelah melahirkan. Dengan kulit putih mulus dan bentuk tubuh yang bagus serta wajahnya yang manis menjadi daya tariknya. Suami-suami tetanggapun banyak yang melirik-lirik ke Via saat Via belanja ke warung ataupun melakukan aktifitas di luar rumah.Sungguh anak-anak remaja sekarang mudah sekali mendapat akses porno dari internet, hal itulah yang membuat mereka begitu labilnya kalau melihat wanita cantik. Deni yang sebenarnya polos, mulai ikut-ikutan temannya. Diantara teman-temannya yang rata-rata berpikiran mesum ini ada yang paling parah, Raka namanya. Raka sendiri dianggap bos oleh rombongan geng yang Deni ikut-ikutan ini. Itu karena usia Raka yang sudah 17 tahun yang memang selayaknya sudah sma. Deni sering dimintai uang rokok oleh Raka, walaupun berat hati tapi terpaksa juga diberi oleh Deni.Beberapa hari kemudian di sekolah, entah kenapa Deni malah ingin mengajak Raka ke rumah. Ya.. sebaga rival latihannya bersama mamanya tentunya. Deni sendiri yang menerangkan panjang lebar ke Raka tentang maksud tujuannya. Mendengar penjelasan Deni ini, tentu saja Raka semangat bukan main dan menyetujuinya. Sudah lama dia tertarik pada mamanya Deni. Walaupun Via bukan gadis abg tapi sungguh menggoda dan nafsuin seperti artis milf Jav yang sering dia tonton. Akhirnya setelah pulang sekolah Deni mengajak Raka ke rumahnya.“Ma.. Deni pulang mah.. Deni ajak teman nih..” kata Deni masuk ke rumah yang tidak terkunci dan mempersilahkan Raka duduk di sofa tamu.“Mah, ni Raka.. yang dulu juga pernah main kesini” kata Deni pada Via. Tidak lama kemudian Via muncul yang sepertinya habis menidurkan bayinya di kamar. Dia mengenakan daster rumahan biasa, meskipun begitu dia tetap saja terlihat cantik.“Oh.. Raka” Via tersenyum manis sambil menerima salaman tangan teman anaknya itu. Raka mencium punggung tangan Via. Mata Raka tentu saja sudah mulai kelayapan kesana kemari menerawang ke tubuh wanita ini. Via sebenarnya sadar mata anak itu kelayapan melihat tubuhnya, tapi entah kenapa dia merasa horni diperhatikan seperti itu. Sepertinya sifat eksibisionisnya muncul kembali. Sifat nakalnya yang pertama dia alami saat dia masih gadis dahulu yang sampai sekarang masih tetap ada. Ya.. dia memang senang kalau dirinya menjadi pusat perhatian kaum Adam. Tidak terkecuali oleh teman-teman anaknya sendiri.“Kamu udah dengar kan dari Deni?”
“Hehe.. udah tante, tapi beneran nih boleh ikutan?”
“Hihi.. iya, boleh kok. Kamu mau kan bantu Deni?”
“Hehe.. oke tante, Raka senang malah bisa bantu kaya gini” Via tersenyum manis mendengar ucapan Raka tersebut.“Ya udah, kalian mau sekarang?” tanya Via dengan senyum di bibirnya.
“Ntar yang menang tante kasih uang jajan deh..” tambahnya lagi. Deni dan Raka akhirnya setuju untuk saat itu juga memulai latihan ketahanannya. Deni cukup malu-malu juga untuk telanjang di depan Raka. Tapi Raka malah terlihat tidak sabaran dan langsung saja membuka celananya. Cukup terkejut Via melihat kelamin Raka yang ternyata cukup besar, beda sekali dengan milik anaknya Deni.

Baca Juga Cerita Sex Indonesia : Kisah Memek Istriku Frigid dan dukun cabul

Via berusaha menyembunyikan keterkejutannya tersebut, walaupun matanya tetap menatap takjub anak seusia Raka memiliki penis sebesar itu.“Umur kamu berapa sih Raka?” tanya Via ke Raka.
“17 tahun tante”
“Ohh.. pantesan” sebenarnya Via cukup heran juga Raka masih smp dengan usia segitu, tapi Via tidak ingin terlalu mempedulikannya dan membahas hal tersebut.“Pantesan kenapa ya tante?” tanya Raka karena sedikit bingung.
“Ahh.. nggak, mau tau aja.. hihi”“Yuk mulai” ajak Via. Dia kemudian bersimpuh di tengah-tengah Deni dan Raka yang telah bertelanjang bulat dan sudah ngaceng dari tadi. Deni sendiri sebenarnya masih merasa tidak nyaman dengan adanya Raka yang ikut. Tapi sudah terlambat, dia sendiri yang mengajak Raka kemari. Dada Deni berdebar karena akan melakukan hal ini lagi, bahkan kini temannya ikut serta. Tangan Via mulai mengocok kedua penis remaja tanggung ini di sisi kiri dan kanannya. Yang mana salah satunya milik anaknya sendiri.“Ahh… ma..” lenguh Deni penuh kenikmatan.
“Enak sayang? Kamu sendiri gimana Raka? Enak kocokan tante?” tanya Via dengan wajah nakal pada dua remaja itu.“Iya tante, sedaap.. hehe, akhirnya kesampaian juga bisa dikocokin tante”
“hmm?? Maksud kamu?”
“hehe.. iya, sejak liat tante pertama kali Raka jadi suka sama tante. Raka jadi ngayalin tante tiap coli.”“Ha? jadi kamu sering ngayalin tante? Dasar kamu kecil-kecil udah gini..” kata Via sambil tetap mengocok penis mereka.Setelah beberapa saat, terlihat ekspresi dari Deni yang sepertinya sudah tidak tahan untuk keluar.“Ma… gak tahan.. agghh…”
“Croot.. crroot” tumpahlah sperma Deni di hadapan ibu dan temannya itu. Spermanya berlumuran tumpah di tangan ibunya.
“Oughhh.. mah.. enak..” lenguh Deni kenikmatan.
“Yess.. gue menang, iya kan tante? Raka yang menang kan?”
“Iya-iya kamu yang menang. Hmm.. kamu mau tante lanjutin sampe keluar gak?”
“hehe.. mau dong tante”
“Ya udah..” tangan Via kembali mengocok penis Raka. Tidak butuh waktu lama karena Raka memang sudah horni dari tadi. Tangan Via pun kini berlumuran sperma Raka.“Udah kan? kalian bersih-bersih dulu sana gih”
“Iya ma..”
“Iya tante..” jawab Deni dan Raka bersamaan. Mereka akhirnya bersih-bersih tidak lama setelah itu. Deni dan Raka kemudian menghabiskan waktunya dengan nonton tv sedangkan Via ke dapur mempersiapkan makan malam. Selang beberapa lama terdengar suara tangisan bayi, tidak lain adalah tangisan Windy, adiknya Deni. Via yang mendengar suara tangisan anaknya pun segera menghentikan aktifitasnya di dapur. Via kembali dari kamar sambil menenteng bayinya yang masih kecil, lalu duduk di kursi yang cukup jauh dari Deni dan Raka.“Oi, Den.. liat tuh.. jadi ngiler gue pengen nyusu ke nyokap lo” kata-kata yang sebenarnya sangat kurang ajar. Mengomentari ibunya seperti itu. Tapi entah kenapa Deni juga merasakan hal yang sama dengan Raka. Nalurinya tidak dapat dibohongi kalau dia juga ngaceng liat payudara ibunya sendiri yang sedang menyusui adeknya.“Gini deh, gue punya ide” kata Raka.
“Tante, mulai lagi yuk ronde selanjutnya. Kami udah tegang lagi nih..” pinta Raka ke Via.
“Bentar yah sayang, tante lagi nyusuin Windy. Ntar dia gak kenyang lagi”
“Tante.. hadiah untuk yang menang ronde selanjutnya tambahin dong tante.. masa cuma uang jajan”“Hmm.. terus?”
“Gimana kalau.. ngggg… itu tante” kata Raka sambil menunjuk ke arah payudara Via yang masih menyusui bayi kecilnya.“Hihihi.. dasar kamu. Maksudnya nyusu? Porno yah kalian.. hihi” Via malah merespon permintaan mesum Raka sambil tertawa-tawa.“Oke deh, tante turutin. Deni, kamu harus menang yah kali ini, jangan biarkan teman kamu yang malah dapat susu mama, kan kamu yang anaknya mama. Hihi..”“Iya ma.. Deni usahain”Via melepaskan Windy dari sisinya. Tampak Windy sudah tenang, mungkin karena sudah kenyang menyusu. Via lalu meletakkan Windy ke kursi di sebelahnya.“Mau sekarang?” tanya Via dengan tatapan nakal tanpa menutup payudaranya dengan baju terlebih dahulu, membiarkan payudara sebelah kanannya menjadi santapan mereka. Membuat kedua remaja itu hanya mengangguk-angguk mupeng karenanya.Deni dan Raka mendekati Via, meloloskan celananya hingga mereka sekali lagi mengacungkan penis mereka ke Via. Tangan Via mulai mengocok kedua penis itu lagi. Saat penis mereka dikocok Via, mata mereka tidak henti-hentinya menatap ke payudara yang terpampang bebas itu, membuat si punya penis makin kelojotan.“Ayo Deni.. semangat sayang, jangan kalah lagi” kata Via menyemangati anaknya.
“Oughh.. iya ma..” jawab Deni. Tapi apa daya, ketahanan Deni masih belum dapat menandingi Raka. Diapun akhirnya keluar duluan dan kalah lagi dari Raka.“Yes, gue menang.. hehe” sorak Raka penuh kemenangan dengan diiringi tawa mesum.
“Tuh kan.. kamunya kalah lagi” kata Via dengan wajah yang dicemberutkan ke Deni.
“Kamu mau ambil hadiahnya sekarang Raka?” tanya Via dengan tatapan nakal ke Raka.
“Boleh tante.. ”“Huu.. udah gak sabar yah kamunya, ya udah sini duduk dekat Tante” kata Via sambil menggeser posisi duduknya memberi tempat untuk Raka untuk duduk di sebelahnya. Rakapun akhirnya duduk di sebelah Via dan mulai mengarahkan mulut hitamnya ke pucuk payudara Via yang siap menyambut mulutnya. Walau agak grogi, tapi akhirnya mulut Raka menempel ke pucuk payudara kanan Via. Terasa cairan hangat mulai masuk ke mulutnya saat dia coba mengenyot putting payudara tersebut.Melihat temannya yang asik menyusu ke ibu kandungnya membuat perasaan Deni tidak karuan saat itu. Cemburu, sakit hati, horni, semua campur aduk. Bagaimanapun itu adalah ibu kandungnya dan kini payudara ibunya sedang dinikmati temannya yang cabul itu. Sambil menyusu ke Via, mata Raka sesekali menatap ke Deni sambil cengengesan seperti sedang memberitahunya betapa nikmatnya menyusu ke ibunya.“Raka, jangan godain Deni seperti itu dong, kasihan anak tante” kata Via yang tahu apa yang sedang dipikirkan Raka.
“Hehe.. gak kok tante..” jawab Raka enteng.
“Ma…” kata Deni lirih.
“Ya sayang?”
“Deni mau juga dong…”“Yee.. ini kan hadiah untuk yang menang. Jadinya khusus untuk Raka dong.. kalau kamu juga mau, ronde selanjutnya kamu harus menang yah sayang..” jawab Via. Sekali lagi tampak Raka cengengesan melirik ke Deni, membuat hati Deni makin pedih.“Tante, yang satu lagi buka juga dong..” pinta Raka.
“Lah, untuk apa? Emang kamu mau nyusu yang sebelah juga??”
“Iya.. boleh yah tante..”
“Hmm.. iya-iya, dasar kamunya” Via akhirnya menyetujui permintaan mesum Raka. Dia lalu membuka sisi bajunya sebelah kiri sehingga kini kedua payudaranya terpampang bebas.“Tanggung tuh tante, buka aja semua bajunya..” pinta Raka lagi.
“Dasar nakal. Deni, gak papa kan mama telanjang dada? Temanmu nakal nih..” Via malah meminta persetujuan pada anaknya yang sedari tadi melongo mupeng ke arah mereka berdua.“Eh.. i-iya ma, gak papa” jawab Deni. Rasa pedih di hatinya entah kenapa kalah dengan rasa horni dan penasaran melihat tubuh telanjang dada ibunya. Mendengar jawaban anaknya Via cuma tersenyum, dia kemudian mulai meloloskan daster bagian atasnya sehingga kini bagian atas tubuhnya tidak tertutup kain sedikitpun. Memamerkan tubuh bagian atasnya dengan buah dada sekal yang penuh cairan susu.“Udah nih, puas kan kamu Raka?”
“Hehe.. tante emang baik”“Dasar” kata Via sambil mencubit pipi Raka. Remaja itu kemudian melanjutkan acara nyusunya lagi. Kali ini payudara kiri Via yang dijilat dan dihisapnya, sambil payudara kanannya menjadi sasaran remasan tangan nakal Raka. Memang tidak ada persetujuan kalau yang menang boleh melakukan hal mesum seperti meremas payudara Via. Tapi Via tidak menganggapnya masalah.“Tante, kocokin lagi dong.. kan tadi belum keluar. Pasti enak nih nanti rasanya ngecrot sambil nyusu.. hehe” pinta Raka mesum.“Hmm.. iya-iya. Porno kamunya. Kamu baring deh sini.” setuju Via menyuruh Raka berbaring di atas sofa dengan kepala Raka berada di atas paha Via yang diberi bantal sofa, sehingga mulut Raka kini tepat di depan payudara Via. Tangan Via kini meraih penis Raka dan mulai mengocoknya lagi. Sungguh beruntung Raka ini, merasakan kenikmatan menyusu dari payudara yang putih sekal sambil penisnya dikocok oleh wanita secantik dan seseksi Via. Sambil membiarkan Raka menyedot susu dari buah dadanya, dia mengocok batang penis teman anaknya tersebut. Anaknya sendiri masih melongo menatap nanar aksi temannya yang semakin mesum ke ibu kandungnya. Raka masih saja melirik cengengesan ke arah Deni. Kini ibunyapun juga ikut-ikutan melirik tersenyum ke Deni yang cemburu dari tadi, yang membuat hati Deni makin tidak karuan.Tapi suara rewelan Windy menganggu suasana mesum ini. Tentu saja Raka yang merasa sangat terganggu karena aksinya belum selesai.“Raka, bentar yah.. tante urus Windy dulu” kata Via melepaskan kocokan tangannya dari penis Raka.
“Duh tanggung nih tante, bentar lagi..” tolak Raka tidak tahu diri.
“Bentar kok sayang.. yah?” kata Via lagi ke Raka, tapi Raka sepertinya belum mau melepaskan kulumannya dari buah dadanya. Via akhirnya menuruti kemauan Raka dan kembali mengocok penis Raka.
“Bentar yah Windy sayang.. Om Raka masih belum puas nih.. hihi” kata Via ke bayinya. Sungguh gila, Via lebih memilih memuaskan Raka dulu dari pada mengurus bayinya yang sedang menangis ini.“Belum Raka? Kasihan tuh Windy..” tanya Via.
“Belum tante, duh si Windynya berisik amat siih tante. Suruh diam dong..” kata Raka yang betul-betul tidak tahu diri.“Kamunya kan yang gak mau ngalah. Hmmhh.. dasar. Deni, tolong kamu timang-timang adek kamu dulu dong” suruh Via ke anaknya. Deni dengan perasaan yang tidak karuan menuruti saja perintah ibunya ini. Dia ambil Windy yang masih menangis dan menimang-nimangnya. Deni menggendong adeknya itu mutar-mutar rumah. Meninggalkan ibu dan temannya yang masih saja asik dengan aktifitas mesum mereka. Cukup lama untuk membuat Windy untuk tertidur lagi. Setelah Windy tertidur, barulah Deni kembali ke tempat tadi.“Ma, udah tidur nih.. bawa ke kamar aja yah Windynya?” tanya Deni berbisik sambil melihat ibunya yang masih saja menyusui Raka.“Ngghh, iya sayang, bawa ke kamar aja” jawab Via. Dengan berat hati Deni membawa Windy ke kamar, sudah tidak dapat apa-apa malah harus urusin Windy, gerutunya.Saat Deni kembali dia melihat mereka sudah berganti posisi. Kali ini Via berada di bawah tindihan Raka yang masih sibuk mengenyot buah ibunya ini. Penis Raka pun masih tetap dikocok oleh Via dengan posisi seperti itu. Tampak daster yang dikenakan Via makin acak-acakan karena perbuatan Raka ini. Temannya benar-benar melakukan hal mesum ke ibunya. Via sendiri mulai melenguh karena permainan lidah dan tangan Raka di buah dadanya. Melihat anaknya sudah kembali Via berusaha untuk mendorong tubuh Raka.“Raka.. udah dong.. lama amat sih” kata Via. Raka tidak memperdulikan omongan Via dan masih saja meneruskan menghisap payudara tersebut walau dia juga tahu bahwa Deni sudah kembali.
“Udah dong Raka sayang..” katanya lagi.Sebenarnya Deni cukup heran, padahal dia cukup lama menimang-nimang Windy tapi Raka belum juga ngecrot. Apa Raka sudah ngecrot waktu dia menimang-nimang Windy tadi? Pikirnya.
Dugaannya sepertinya benar karena dia melihat ada bercak putih di bawah sofa itu. Sepertinya Raka yang belum puas meminta jatah lagi walau sudah ngecrot, pikirnya lagi.“Sayang, sorry yah. Ini Raka masih belum puas aja” kata Via pada Deni. Memang tidak ada batasan waktu sampai kapan hadiah nyusu itu diberikan sehingga Raka masih saja meneruskan aksinya. Raka sebenarnya sudah kenyang meminum susu dari payudara Via, sekarang dia lebih tepatnya menjilati dan memainkan payudara Via dengan mulut dan lidahnya. Deni yang memang jadi pihak yang kalah terpaksa hanya menuruti apa yang telah dijanjikan.Melihat anaknya yang mupeng dari tadi Via tidak tega juga. Dia dorong dengan paksa tubuh Raka dari dirinya.“Udah dulu Raka, kasian Deni tuh.. kita mulai ronde selanjutnya yah.. kayaknya kalian udah tegang lagi tuh..”kata Via mencoba memberi Deni kesempatan sekali lagi.
“Kalau gitu boleh dong Deni nyusu kalau Deni menang?” tanya Deni semangat.
“Iya.. boleh..” jawab Via sambil tersenyum manis.
“Terus kalau Raka yang menang gimana tante?” tanya Raka yang masih belum puas juga.
“Hmm.. kamu maunya apa?” kata Via balik nanya.“gimana kalau Raka boleh ngentotin tante.. hehe” jawab Raka kurang ajar. Deni sendiri terkejut bukan main mendengar permintaan temannya ini, betul-betul kurang ajar. Ingin sekali rasanya dia melayangkan tinju ke mulut Raka. Tapi dia melihat ibunya malah tertawa mendengar permintaan Raka ini.“Hihi.. kamu ini, enak aja. Ini punyanya papanya Deni” kata Via sambil mencubit perut Raka.
“Gitu yah tante.. duh, pengen banget padahal genjotin memek tante.. hehe”
“Hush.. kamu ini ngomongnya kurang ajar banget, ada Deni tuh..” kata Via sambil melirik ke anaknya.“Gimana Deni? Gak boleh kan?” tanya Via ke Deni.
“Nggg…”
“Boleh kan DEN? Gue hajar lo kalau gak boleh!!” kata Raka main serobot.“Eh eh, enak aja main hajar anak tante. Gak boleh pokoknya, pake mulut tante aja yah.. gak apa kan? jejalin deh suka-suka kamu ke mulut tante kalau kamu menang.” tawar Via dengan senyum nakal. Memberi Raka harapan kalau dia boleh melampiaskan nafsunya menggunakan mulutnya.“Ya udah tante.. oke deh.. hehe” setuju Raka. Deni yang mendengar tawaran dari mulut ibunya makin membuat hatinya tidak karuan. Kalau dia kalah berarti dia kalah satu putaran lagi dari Raka, yang juga berarti Raka akan semakin berbuat tidak senonoh terhadap ibunya, tubuhnya jadi panas dingin dibuatnya. Dia ingin sekali menang dan mencoba mendapatkan kenikmatan itu. Tapi dia juga penasaran melihat apa yang akan dilakukan Raka ke ibunya kalau dia kalah. Entah kenapa hatinya jadi bimbang begini.“Tante, lepasin aja dasternya, nanggung tuh” pinta Raka.“Apaan nanggung-nanggung.. dasar kamu, iya deh tante lepasin” setuju Via. Diapun membuka dasternya yang sedari tadi memang sudah terpasang tidak karuan karena bagian atasnya sudah terbuka. Kini Via hampir benar-benar telanjang di depan kedua remaja tersebut, dia saat ini mengenakan celana dalam berenda yang menjadi satu-satunya pakaian yang masih menempel di tubuhnya. Deni yang meskipun sudah pernah melihat tubuh telanjang ibunya tetap saja sekarang membuat dadanya berdecak kagum serta langsung membangkitkan nafsunya.“Deni.. semangat yah.. masa sih kalah terus” kata Via.
“Gak bakal menang dia tante..hehe” serobot Raka.
“Ayo dong Deni, kalau kamu kalah lagi nanti mama dimesumin lagi nih sama teman kamu ini, kamu gak mau kan?” kata Via menyemangati anaknya.Ronde selanjutnyapun dimulai, Deni ternyata memang kalah pengalaman dari Raka. Dengan berat hati dan kecewa dia harus merelakan kalau dia lagi-lagi harus kalah dari Raka. Dia sungguh kecewa tidak bisa menyelamatkan ibunya dari perlakuan mesum Raka.“Haha.. gue bilang juga apa? Gue yang bakal menang. Yes” sorak Raka. Via tersenyum mendengarnya.“Iya-iya kamu menang.. menang terus nih kamunya, kasihan anak tante gak dapat dari tadi” kata Via sambil melirik ke Deni yang sedang terduduk kecewa. Rakapun mendorong tubuh Via ke sofa dan menghimpitnya lagi.

Baca Juga Cerita Sex Indonesia : Cerita Sex Gadis Bispak Yang Baru Datang Ke Kota

Dia sepertinya ingin melanjutkan aksinya tadi yang belum selesai.“Duh.. aww.. Raka, pelan-pelan dong..” kata Via. Tanpa menjawab Raka meneruskan perbuatannya ini, dia mulai menciumi bagian tubuh Via yang lain, termasuk wajah dan mulut Via. Deni lagi-lagi hanya bisa memandang temannya berbuat mesum ke ibunya. lidah Raka dan Via kini saling membelit, saling berbagi liur satu sama lain. Raka lalu menjulurkan lidahnya, Via yang tahu berbuat apa langsung mengulum lidah Raka tersebut, sungguh erotis sekali. Raka juga melakukan hal yang sama dengan mengulum lidah Via yang dijulurkan, mereka lakukan hal tersebut bergantian beberapa kali.“Tante lihat tuh, anak tante ngiri tuh..” kata Raka. Via melirik ke arah anaknya yang memang lagi mupeng berat melihat aksi mereka ini. Sebuah pemandangan yang malah membuat hati anaknya panas dingin tidak karuan.“Coba buka mulut tante..” suruh Raka. Via mengikuti kemauan remaja ini dan membuka mulutnya lebar-lebar. Raka kini dengan kurang ajarnya meludah ke dalam mulut Via, di depan mata anaknya sendiri yang dari tadi hanya memperhatikan mereka. Lagi-lagi Raka cengengesan sambil melirik ke Deni setelah melakukan hal bejat tersebut, bahkan ibunya juga melirik sambil tersenyum ke arah Deni setelah menelan liur Raka.Bagi Via sendiri ini juga merupakan sensasi yang baru pertama dia rasakan. Bergumul dengan pria yang seumuran anak laki-lakinya, bahkan di depan anak laki-lakinya itu sendiri. Menelan liur seperti inipun tidak pernah dia lakukan dengan suaminya, tapi kini dia malah melakukan hal menjijikkan ini dengan teman anaknya. Deni yang melihat itu begitu terbakar hatinya, tapi dia juga terangsang melihat aksi mereka. Membuatnya tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa.“Lagi ya tante..” kini Raka tampak komat-kamit mengumpulkan liur sebanyak mungkin dan akhirnya menumpahkan kembali liurnya ke dalam mulut Via. Kini bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Tampak lelehan liur Raka keluar dari mulut Via karena tidak mampu menelan semuanya.“Udah ah kamunya, ada-ada aja”
“Hehe.. lanjut yah tante, hadiah utamanya belum nih, pengen rasain mulut tante”
“Hmmhhh.. iya-iya, tapi jangan disini yah.. di kamar tante aja yuk.. malu nih di depan Deni”
“hehe.. oke deh..” setuju Raka. Mereka kemudian bangkit dan menuju kamar Via.
“Tapi sebentar aja yah, gak lama lagi suami tante pulang nih, bisa dihajar kamu kalau nampak sama om, hihi..”“oke tante.. hehe” jawab Raka.
“Ma.. terus aku gimana nih?” tanya Deni dengan wajah kecewa. Dia sebenarnya masih ingin di antara mereka, walau hanya untuk sekedar melihat saja.“Maaf yah sayang, Kan Raka yang menang. Kamu kalah sih.. kamu tolongin lihat situasi aja yah sayang, siapa tahu papa kamu pulang, gak papa kan?” Deni hanya mengangguk lesu menyetujui perintah mamanya ini. Sebelum mereka masuk ke kamar, lagi-lagi Raka mengeluarkan cengengesan menjijikkannya ke arah Deni.Kini Deni tinggal sendiri di luar kamar, entah apa yang sedang mereka lakukan Deni benar-benar tidak mengetahuinya, sama sekali tidak terdengar suara dari luar kamar tempat Deni berdiri ini. Tubuh Deni jadi panas dingin membayangkan apa yang terjadi pada mamanya di dalam sana. Deni penasaran apa yang terjadi, selang beberapa lama dia putuskan untuk berusaha mencuri dengar apa yang sedang terjadi di dalam.“Enak sayang?” terdengar suara mamanya samar-samar.
“Enak tante..”
“Enak banget yah?? hihi”“…. Duh, aw.. Raka, pelan-pelan sayang.. geli.. hahaha..” terdengar tawa renyah mamanya yang sepertinya sedang kegelian.
“Oughh.. Via..”
“Ngghh.. sayang, udah… sshhh.. kamu ini, ntar Windy nya bangun”
“Nggmmhh..”
“Oughh..”Beberapa kali terdengar suara lenguhan ibunya dan Raka, entah apa yang mereka lakukan. Deni betul-betul tidak tenang di luar sini. Hatinya begitu tidak karuan mendengar dan membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam. Suara Windypun terdengar dari sana, sepertinya Windy terbangun karena ulah Via dan Raka di dalam sana.“Tuh kan.. anak tante bangun, kamu sih..”
“Windy, kamu mau ikutan nyusu kaya om Raka?, sini-sini..” kata mamanya. Deg, Deni terkejut mendengarnya. Dia semakin panas dingin karena membayangkan mamanya menyusui mereka sekaligus. Yang satu memang bayinya sendiri, tapi orang yang satu lagi?Deni putuskan untuk tidak meneruskan menguping. Hatinya sudah begitu panas mendengar dan membayangkan itu semua. Lebih setengah jam lamanya Deni hanya duduk di sofa terdekat dari kamar orangtuanya ini hingga akhirnya pintupun terbuka dan mereka keluar dari kamar. Tampak Via sudah kembali mengenakan pakaian lengkap, tapi rambut dan wajahnya terlihat acak-acakan, membuat Deni betul-betul penasaran apa saja yang telah mereka lakukan.“Lama amat sih ma?” tanya Deni dengan wajah kesal setelah mereka keluar.
“Habis.. temanmu ini sih..” jawab Via sambil tersenyum ke Raka.
“Udah yah Raka, pulang dulu yah.. bentar lagi Om pulang” katanya lagi.
“Iya deh tante, makasih banyak ya.. hehe” Rakapun akhirnya pulang tidak lama kemudian. Raka bahkan tidak pamit dengan Deni, Raka hanya berpamitan dengan Via sambil mencium tangannya.“Ma..” kata Deni lirih memanggil mamanya.
“hmm? Apa sayang?”
“Deni juga mau dong..”
“ Hihihi.. kamu mau juga?”
“Iya mah..”
“Kalau gitu besok kamu harus menang yah..”
“Yah.. mama kok gitu sih, sekarang dong ma.. cuma nyusu aja juga boleh kok ma”“Gimana sih kamu ini, itu kan hadiah kalau kamu bisa menang. Ya udah sekali saja, ntar malam kamu tungguin mama yah, jangan tidur dulu” kata Via memberi harapan pada Deni sambil mengedipkan matanya.“Kok gak sekarang aja sih ma?”“Udah mau malam nih, ntar papa kamu keburu pulang. Ntar malam aja yah..” katanya lagi sambil mengelus kepala Deni. Akhirnya Deni setuju saja dari pada tidak sama sekali. Hati Deni senang bukan main mendengar perkataan ibunya, dia tidak sabar menunggu malam tiba. Demikian lah Cerita Hot Terbaru Anakku Mengajak Temannya Menyetubuhiku oleh Cerita sex hot

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *